11 Nov 2015

DIPERCAYA ALLAH


KALAU DIKATAKAN bahwa kita adalah anak-anak Abraham oleh iman, itu berarti kita mempersoalkan “milik pusaka” yang dicari Abraham, bukan tanah Kanaan dunia yang sekarang sedang diperebutkan oleh Israel dan dunia Arab atau berkat jasmani lainnya. Berani mengaku sebagai anak Abraham berarti berani memiliki penglihatan ke depan seperti yang dimiliki Abraham, yaitu kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri. Anak-anak Abraham oleh iman harus mempersoalkan hal-hal surgawi, bukan perkara-perkara duniawi. Berkenaan dengan ini, kita tidak boleh memahami kata “berkat” dalam Kejadian 12:1-4 sebagai berkat jasmani. Berkat yang dimaksud Tuhan dalam Kejadian 12:1-4 adalah keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus. Dalam Kejadian 12:1-3 tersebut dikatakan bahwa semua bangsa akan diberkati. Berkat tersebut adalah keselamatan yang akan sampai ke ujung bumi kepada semua suku bangsa. Sebab kalau dipahami sebagai berkat jasmani atau materi, nyatanya tidak semua orang Kristen berlimpah secara materi atau berlimpah berkat jasmani. Apa lagi pada zaman penganiayaan atas orang Kristen selama ratusan tahun pada abad mula-mula, orang percaya hidup dalam penderitaan yang sangat hebat.

    Jangan karena Abraham kaya secara materi, maka orang Kristen boleh meng- “claim” bahwa mereka bisa menjadi kaya secara materi seperti dia. Tuhan memberkati Abraham dengan berkat materi sebab Tuhan harus melindungi “sosok” Abraham ini secara khusus demi rencana besar Tuhan menyelamatkan dunia. Kalau pun iman seseorang sekualitas iman Abraham, belum tentu boleh meng-”claim” berkat seperti yang dimiliki Abraham, apalagi kalau tidak memiliki iman seperti Abraham. Abraham adalah pribadi yang bisa dipercayai Tuhan, maka Tuhan memercayakan kekayaan materi kepadanya demi rencana-Nya.

   Abraham harus melewati pergumulan-pergumulan yang berat untuk menunjukkan kemurnian imannya. Hal itu harus dialami, sebab hidupnya harus menjadi model hidup orang beriman. Ia harus melahirkan suatu bangsa yang melaluinya semua bangsa akan diberkati. Ia memiliki pribadi yang bisa “dipercayai Tuhan” dengan berkat materi yang berlimpah. Tidak semua orang bisa dipercayai Tuhan seperti Abraham. Kalau seseorang memikul rencana Allah bagi penyelamatan dunia ini, pasti Tuhan memberi proteksi-Nya secara khusus. Kalau seseorang hidup dalam ambisi dan keinginannya sendiri atau tidak dewasa rohani, kemudian menuntut “berkat Abraham” yaitu berkat materi, betapa kurang ajar sikap ini terhadap Tuhan.
Dalam Ibrani 11:11-12 tertulis: Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia. Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya. Selanjutnya perlu dianalisa, bahwa iman yang melahirkan anak –sekali pun Sara dan Abraham sudah tua – hal itu berkenaan dengan rencana penyelamatan umat manusia. Bukan sesuatu yang hanya memuaskan ambisi dan keinginan mereka. Berbeda dengan banyak iman yang diajarkan hari ini. Seolah-olah iman bisa menciptakan sesuatu yang dianggap sebagai kebutuhan. Padahal banyak orang yang belum dewasa rohani, mereka belum bisa membedakan keinginan dan kebutuhan. Kalimat “karena ia menganggap, yang memberikan janji itu setia,” janji yang mana? Janji ini pasti berkenaan dengan keturunan Abraham, sebab dalam ayat ini Sara disebut-sebut sebagai nenek moyangnya. Sara akan melahirkan Ishak sebagai anak “sah” yang akan menjadi ahli waris berkat Abraham. Bukan keturunan yang lain (selain Sara sebagai istrinya, Abraham memiliki beberapa gundik). Itulah sebabnya dalam banyak kesempatan Tuhan sering memperkenalkan diri sebagai Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Berkenaan dengan keturunan Abraham, mau tidak mau perhatian kita harus tertuju kepada apa yang dikatakan Tuhan ketika Ia memanggil Abraham keluar dari negerinya, bahwa olehnya semua bangsa akan diberkati. Tuhan Yesus menyatakan bahwa keselamatan datang dari bangsa Yahudi.

1) Galatia 3:7 ; 2) Kejadian 12:1-4 ; 3) Yohanes 4: 22

TUJUAN AKHIR PERJALANAN HIDUP



DI SATU PIHAK Alkitab Perjanjian Lama menekankan hal-hal duniawi atau bendani, di lain pihak Perjanjian Baru menekankan hal rohani. Hal ini mengesankan bahwa Allah yang dinyatakan Alkitab bisa berubah. Kalau demikian apakah Allah benar-benar bisa berubah, sementara terdapat banyak ayat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang tidak berubah?

    Sebenarnya Alkitab Perjanjian Lama tidak menekankan hal-hal duniawi semata-mata dan melupakan hal-hal rohani. Abraham sebagai teladan iman kita –yang hidupnya menjadi inspirasi dan pola iman kita– menunjukkan kehidupan yang sangat rohani. Rohani artinya memfokuskan diri bukan pada hal-hal jasmani semata. Jika kita teliti sejarah bangsa Israel, sebenarnya bangsa itu bukanlah bangsa yang secara materi diberkati Tuhan. Dibanding dengan bangsa Cina, bangsa Israel jauh dari kejayaan. Bangsa Cina bisa menguasai negerinya selama ribuan tahun. Sedangkan bangsa Israel hanya beberapa ratus tahun saja. Perlu kita pertanyakan: Seberapa banyak berkat jasmani yang Tuhan berikan kepada umat Israel? Berapa lama mereka menikmati tanah yang berlimpah susu dan madu? Kalau kita mengamati kehidupan bangsa Israel, ternyata mereka tidak terlalu lama menikmati kemakmuran materi atau kemakmuran jasmani.

     Dalam sejarah bangsa Israel tercatat bahwa selama 430 tahun mereka diperbudak bangsa Mesir. Sekitar tahun 1440 SM mereka meninggalkan Mesir. Selama 40 tahun mengembara di padang gurun. Kemudian setelah menetap di tanah Kanaan (tahun 1400 SM), yaitu negeri perjanjian bagi keturunan Abraham, ternyata mereka tidak tidak terlalu lama menetap di sana, sebab mereka harus jatuh ke tangan berbagai musuhnya. Israel Utara jatuh ke tangan bangsa Asyur tahun 722 SM dan Israel Selatan jatuh ke tangan bangsa Babel pada tahun 586 SM. Zaman yang paling gemilang hanya pada zaman Daud dan Salomo. Akhirnya mereka dibuang ke dalam pembuangan. Mereka mendiami tanah Kanaan tidak lebih dari 700 tahun, itu pun selalu jatuh ke tangan musuh atau ditindas musuh-musuh di sekitar Kanaan.

     Catatan sejarah paling tragis adalah ketika Yerusalem dihancurkan Jendral Titus dari Roma tahun 70. Sejak itu bangsa Israel tercerai berai (diaspora) ke seluruh dunia. Pada waktu perang dunia kedua tahun 1939 sampai 1945, enam juta orang Yahudi dibantai oleh Hitler. Sebenarnya sejak bangsa Israel jatuh ke tangan musuhnya tahun 722 SM dan 586 SM mereka tidak pernah memiliki kerajaan sendiri yang diperintah oleh keturunan Yahudi. Baru pada tanggal 14 Mei 1948 negara Israel sekuler dideklarasikan di Tel Aviv.

    Banyak orang tidak memahami sejarah bangsa Israel, sehingga mereka selalu membayangkan bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang diberkati Tuhan secara materi atau jasmani. Banyak orang menjadikan Abraham sebagai contoh seorang yang diberkati secara jasmani, tetapi mereka tidak melihat kehidupan Abraham yang sesungguhnya. Hidup Abraham disita untuk sebuah pengembaraan untuk menemukan negeri yang Tuhan janjikan. Segala sesuatu yang Abraham lakukan dalam menjalani hidupnya hanyalah untuk menemukan negeri yang Tuhan janjikan. Abraham sama sekali tidak mencari kenyamanan di bumi. Ia meninggalkan Ur-Kasdim untuk hidup sebagai pengembara.
Negeri yang menjadi tujuan Abraham bukanlah tanah Kanaan di dunia ini, tetapi tanah Kanaan di Timur Tengah yang menjadi tanah perjanjian bagi keturunan Abraham. Tanah itu diberikan Allah kepada keturunan Abraham untuk menggenapi lahirnya Mesias, yaitu agar semua bangsa di dunia diberkati oleh Tuhan. Adapun tanah perjanjian bagi Abraham adalah negeri yang direncanakan dan dijanjikan oleh Tuhan. Tanah Kanaan di Timur Tengah hanyalah tempat menumpang sementara, bukanlah hunian tetap. Sedangkan Kanaan Surgawi di Langit Baru dan Bumi yang Baru adalah hunian tetap. Negeri di Langit Baru dan Bumi yang Baru itulah yang dirindukan oleh Abraham sebagai tujuan akhirnya. Sebagaimana tujuan akhir Abraham adalah Kerajaan Surga, maka orang percaya harus berprinsip dan berpendiran teguh seperti Abraham tersebut. Kalau menghubungkan iman Abraham hanya dengan berkat jasmani, maka orang percaya akan kehilangan esensi kebenaran dari kehidupan sosok ini.

1) Keluaran 3:14; Mazmur 102:26-28; Yesaya 41:4; 48:12; Maleakhi 3:6; Roma 1:23; Ibrani 1:11-12; 13:8; Yakobus 1:17 ; 2) Ibrani 11:8 ; 3) Ibrani 11:10

MENGUMPULKAN HARTA DI SURGA


DARI BIBIR yang mulia Tuhan Yesus Kristus sendiri, Tuhan menghendaki dan memerintahkan agar kita harus mengumpulkan harta di surga. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di surga itu? Terdapat bermacam-macam penafsiran terhadap pengertian mengumpulkan harta di surga. Ada yang mengartikan mengumpulkan harta di surga adalah kegiatan pelayanan di gereja. Mereka menghabiskan waktu mereka untuk kegiatan-kegiatan yang dikategorikan sebagai kegiatan rohani, yaitu kegiatan yang ada di lingkungan tembok gereja. Dengan kegiatan tersebut mereka meyakini Tuhan akan memberikan upah di dalam surga nanti. Tanpa sadar mereka berpikir, bahwa semakin banyak dan aktif kegiatan mereka di gereja, maka upah yang diterima di surga nanti lebih besar. Dengan pandangan ini berarti hanya mereka yang memiliki banyak kegiatan di gereja yang memperoleh upah besar di surga. Karena konsep yang salah ini banyak orang Kristen yang mengorbankan tanggung jawabnya di rumah, pekerjaan, bisnis dan lain sebagainya demi kegiatan gereja. Dengan pernyataan ini bukan berarti kegiatan di lingkungan gereja tidak perlu. Tetapi hendaknya kita memahami dengan tepat apa sebenarnya yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di surga, sehingga kita menempatkan kegiatan gereja secara proporsional.


     Ada pula yang mengartikan mengumpulkan harta di surga sebagai memberikan uang atau harta kepada kegiatan gereja. Mereka berpendapat bahwa dengan melakukan tindakan tersebut diyakini memperoleh barter imbalan kekayaan dalam Kerajaan Surga. Dengan pandangan ini mereka berpikir bahwa semakin banyak uang atau harta diberikan untuk kegiatan pelayanan gerejani maka upah mereka semakin besar di surga. Alasan inilah yang digunakan banyak gereja dan pendeta untuk dapat memperoleh pemasukan lebih besar dari jemaat yang dilayaninya. Telah terpatri dalam pikiran banyak orang Kristen bahwa dengan menyumbangkan uang mereka untuk kegiatan gereja mereka mengumpulkan harta di surga. Jika dipahami bahwa semakin banyak uang atau harta diberikan ke gereja maka semakin besar upah di surga, maka hanya orang-orang kaya yang memperoleh upah dan harta besar di surga. Pernyataan ini bukan berarti dimaksudkan agar kita tidak perlu mendukung pelayanan pekerjaan Tuhan dengan uang kita. Kita harus mencari uang sebagai pengabdian kita kepada Tuhan sebab uang adalah sarana untuk melayani Tuhan. Tetapi hendaknya kita memahami pengertian mengumpulkan harta di surga dengan tepat.

    Menjawab pertanyaan apakah yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di surga, terlebih dahulu kita harus memahami apakah yang dimaksud dengan harta di surga itu. Harta di surga bisa memiliki dua pengertian, dan keduanya bertalian. Pertama, harta di surga adalah Tuhan sendiri. Mengenai bagaimana keadaan di surga nanti bukanlah hal yang penting, sebab yang terpenting bertemu dengan Tuhan muka dengan muka nanti. Tuhanlah kerinduan orang percaya. Penjelasan ini tidak lengkap tanpa penjelasan harta di surga dari dimensi kedua. Kedua, harta di surga adalah nurani kita yang benar sesuai dengan nurani Tuhan. Dalam Matius 6:22-23 Tuhan Yesus berkata: Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Mata dalam teks ini adalah nurani. Kalau nurani seseorang “terang” atau sesuai dengan Tuhan, maka semua yang dilakukan pasti sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.
Kalau kebenaran sudah sampai pada nurani maka kebenaran batin telah dicapai, maka kesucian hidup yang sejati dicapai. Kesucian Kristiani bukan hanya berarti tidak berbuat dosa tetapi tidak bisa berbuat dosa lagi. Orang-orang seperti ini dapatlah berjalan bersama dalam fellowship atau persekutuan yang harmoni. Mereka akan dilayakkan menjadi mempelai Tuhan. Hanya orang Kristen yang menjadi mempelai atau kekasih Tuhanlah yang dikategorikan telah menemukan Tuhan. Tuhan sudah dimiliki sebagai harta. Dengan demikian mengumpulkan harta di surga berarti mengembangkan manusia sesuai dengan yang Tuhan kehendaki. Orang-orang seperti ini pasti memberi waktu untuk mengambil bagian dalam pelayanan gerejani dan mendukung pekerjaan Tuhan dengan hartanya tanpa batas. Inilah sesungguhnya perjalanan musafir Kristen. Matius 6:19-24

 
Design by Jendri Aritonang+++Powered by: blogger