9 Nov 2015

SUKACITA DI TENGAH KESUKARAN

        MUSAFIR KRISTEN harus memiliki sukacita yang tidak sama dengan anak-anak dunia. Semua orang ingin bersukacita, itulah sebabnya banyak orang berusaha untuk memiliki sukacita sepanjang waktu hidupnya. Kalau jujur, ternyata manusia bekerja dan melakukan segala kegiatan, tujuannya adalah memiliki hidup yang bersukacita. Persoalannya adalah mungkinkah manusia memiliki sukacita sepanjang waktu hidupnya? Ini sebuah pertanyaan yang penting sebab semua kita berkepentingan. Kita ingin memiliki sukacita sepanjang waktu hidup kita, bukan? Sebelum menjawab persoalan tersebut, terlebih dahulu kita akan bahas: Apa sebenarnya yang dimaksud dengan sukacita itu? Kata ini sama dengan kata gembira, bahagia, senang dan bergirang. Tetapi kata sukacita memiliki kesan lebih kuat untuk menunjukkan suasana hati yang baik atau positif. Sukacita tidaklah sama dengan tersenyum. Ada orang tersenyum tetapi tersenyum dalam dukacita. Sukacita tidak sama dengan tertawa. Bisa saja seseorang tertawa tetapi hatinya menangis. Orang gila pun juga tersenyum dan tertawa, tetapi itu bukanlah sukacita. Sukacita hendak menunjukkan suasana hati yang positif, suasana hati yang baik, yang ekspresinya memang bisa tersenyum dan tertawa. Tetapi ingat, tidak semua orang yang tersenyum dan tertawa itu sukacita. Seseorang akan sukacita kalau hatinya merasa tentram dan aman.

        Habakuk 3:17 menunjukkan di tengah keadaan yang sulit itu ia dapat merasakan sukacita seperti yang disaksikan dalam tulisannya di ayat selanjutnya: namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Apa rahasianya? Mengapa Habakuk dapat merasakan sukacita di tengah keadaan yang sukar tersebut? Jawabannya di Habakuk 3:19: ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. Rahasianya adalah: Ia menjadikan Tuhan kekuatannya.

      Pemazmur berkata dalam Mazmur 37:4, Bergembiralah karena Tuhan. Maksud ayat ini sama dengan dengan kitab Habakuk 3:17-19 bahwa kalau kita menjadikan Tuhan kekuatan kita maka kita dapat bersukacita. Kalau selama ini kita berharap merasakan sukacita karena kekuatan di luar Tuhan seperti harta, teman pejabat tinggi, pangkat, fasilitas dunia dan lain-lain, sekarang kita harus menggantungkan sukacita kita kepada Tuhan. Kita harus berprinsip bahwa di dalam Tuhan kita dapat merasakan sukacita walaupun keadaan serba sulit. Bertalian dengan hal ini rasul Paulus dalam Filipi 4:4 berkata: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Mari kita memperhatikan kata “senantiasa” yang artinya terus menerus dan dalam segala keadaan.

       Dari penjelasan beberapa ayat ini dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa untuk merasakan sukacita, lingkungan kita tidak harus menyenangkan, tidak harus segala sesuatu berlangsung dengan baik dan aman. Kita diajar Tuhan untuk memiliki sukacita atau suasana hati yang baik walaupun keadaan sekitar kita buruk (keadaan ekonomi, kesehatan, rumah tangga, pekerjaan dan lain-lain). Suasana hati musafir Kristen tidak boleh ditentukan atau diatur oleh keadaan sekitar. Kalau suasana hati orang percaya diatur atau ditentukan oleh keadaan sekitar, maka mereka pasti terjebak oleh situasi dunia sekitarnya. Dari Habakuk kita memperoleh pelajaran rohani yang mahal. Kita harus menjadikan Tuhan kekuatan artinya percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, terjadi atas kehendak Tuhan atau diijinkan Tuhan, bahkan rambut kepala kita pun dihitung. Oleh sebab itu kita dapat bersyukur dalam segala keadaan. Menjadikan Tuhan kekuatan artinya percaya bahwa Tuhan pasti memberi kekuatan kepada kita dalam menghadapi persoalan. Firman-Nya berkata: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. Banyak orang hanya mengandalkan doa pendeta tetapi tidak berdoa sendiri, maka ia tidak menjadi kuat dalam menghadapi berbagai persoalan hidup yang berat. Pada waktu berdoa kekuatan dari Tuhan akan mengalir. Menjadikan Tuhan kekuatan artinya percaya bahwa Tuhan pasti menolong pada waktunya. Kita harus yakin sungguh-sungguh seperti Firman-Nya berkata bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Kalau kita memiliki langkah ini, yaitu menjadikan Tuhan kekuatan kita maka kita dapat merasakan sukacita di tengah kesukaran atau penderitaan.
1) Habakuk 3:18 ; 2) Matius 10:30 ; 3) Efesus 5:20 ; 4) Habakuk 3:19 ; 5) Matius 28:19-20

0 komentar:

Posting Komentar

Bagi Anda yang ingin memberikan tanggapan/komentar berilah sesuai redaksi diatas.

 
Design by Jendri Aritonang+++Powered by: blogger