11 Nov 2015

PRESTASI HIDUP

SEBAGAI MUSAFIR-MUSAFIR di dunia ini, gaya hidup kita harus diubah menjadi gaya hidup yang disebut sebagai gaya hidup “jika Tuhan menghendaki”. Hal ini bukan sesuatu yang mudah karena gaya hidup ini tidak ditemukan dalam kehidupan banyak orang di sekitar kita dan kita pun juga tidak terbiasa hidup dengan gaya hidup tersebut. Sebaliknya, biasanya orang berprinsip “jika saya menghendaki”. Ketika Tuhan Yesus di bumi dengan tubuh daging seperti kita, Ia memberi teladan bagaimana memiliki hidup melakukan kehendak Bapa. Ketika Ia berkata bahwa makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, itu berarti Ia tidak hidup suka-suka sendiri. Prinsipnya adalah “bukan yang Aku mau, tetapi apa yang Bapa mau”. Di puncak pergumulan- Nya di Taman Getsemani, hal itu diwujudkan dengan doa kepada Bapa yang berbunyi: Bukan kehendak-Ku yang jadi melainkan kehendak-Mu.

     Inilah panggilan surgawi bagi orang percaya yaitu untuk mengetahui apa yang baik menurut Tuhan dan berusaha melakukannya. Kata “baik” dalam Yakobus 4:17 adalah baik dalam sudut pandang Tuhan yaitu apa yang sesuai dengan keinginan atau selera Tuhan. Dikatakan dalam Yakobus 4:17 Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa. Dalam hal ini apakah kita boleh tidak tahu supaya tidak berdosa? Dengan pernyataan Yakobus tersebut secara tidak langsung orang percaya tidak boleh “tidak tahu”. Orang percaya harus berusaha untuk mengetahui apa yang diingini oleh Tuhan, karenanya kita tidak boleh gegabah mengenai apa yang kita ingini dan rencanakan. Harus diperhatikan secara teliti konteks surat Yakobus mengenai kata “baik”, bukan baik hanya mengenai hukum (tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzinah, menghormati orang tua, dan lain sebagainya), tetapi mengenai apa yang diingini oleh Tuhan atau yang sesuai dengan selera Tuhan.

      Orang percaya dipanggil untuk menyenangkan hati Bapa yaitu melakukan apa yang diingini oleh Tuhan. Inilah gaya hidup yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus ketika Ia ada di dalam dunia. Level hidup seperti ini harus kita capai melalui sebuah perjuangan yang panjang dan berat selama hidup di dunia. Inilah panggilan surgawi. Jadi, bagi orang percaya hidup di dunia ini hanyalah untuk mencapai prestasi ini. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus sebagai mengumpulkan harta di surga. Jika seseorang memiliki fokus hidup yang berbeda dari ini, maka ia tidak pernah mengerti apa yang dimaksud dengan mencari Kerajaan Allah. Itu juga berarti ia tidak mengalami keselamatan yang disediakan oleh Tuhan Yesus. Ini berarti menyia-nyiakan keselamatan yang begitu besar.

     Kita memiliki panggilan surgawi yaitu melakukan kehendak atau keinginan Allah. Kalau kita usahakan dengan sungguh-sungguh maka itulah prestasi hidup ini. Kata “prestasi” ini dalam bahasa Indonesia artinya hasil yang telah dicapai. Sejak kanak-kanak kita telah diajar dan didorong oleh orang tua dan lingkungan kita untuk mencapai prestasi yang terbaik, baik dalam studi maupun karir. Demikianlah semua manusia menghabiskan umur hidupnya, mengerahkan segala tenaga dan usaha untuk mencapai prestasi yang terbaik. Dalam filosofi hidup manusia pada umumnya prestasi yang baik adalah kebahagiaan, kebanggaan pribadi dan kebanggaan orang tua, menjadi terhormat, kaya, bergelar dan lain sebagainya.

      Konsep prestasi yang dikemukakan di atas ini telah mengakar di dalam pikiran hampir semua orang hari ini. Banyak orang Kristen, aktifis bahkan pejabat Sinode gereja yang masih terbelenggu oleh konsep yang salah ini. Walaupun bibirnya membicarakan kebenaran Firman Tuhan, bahkan meng”khotbah”kannya tetapi mereka masih mencari prestasi duniawi. Begitu kuatnya melekat dalam jiwa manusia sehingga mereka tidak pernah berpikir mengenai prestasi di alam keabadian atau kekekalan. Padahal semua kita akan dan harus mati, dan setiap kita harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang kita lakukan selama kita hidup di dunia ini. Alkitab mengingatkan kita bahwa kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat. Seorang yang berjiwa musafir akan sungguh-sungguh memfokuskan dirinya pada perjuangan seperti yang dilakukan oleh Paulus yaitu berkenan kepada Tuhan.

1) Yakobus 4:13-17 ; 2) Yohanes 4:34 ; 3) Lukas 22:42 ; 4) Yakobus 4:13 ; 5) Ibrani 2:3 ; 6) 2Korintus 5:10

0 komentar:

Posting Komentar

Bagi Anda yang ingin memberikan tanggapan/komentar berilah sesuai redaksi diatas.

 
Design by Jendri Aritonang+++Powered by: blogger