3 Nov 2015

Memperlakukan Allah Sebagai Pribadi Yang Hidup

BETAPA SUKARNYA memercayai eksistensi Allah di dunia modern sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh karena manusia telah hanyut dengan filsafat nihilisme. Menurut manusia modern pada umumnya, manusia dapat hidup tanpa Tuhan. Tuhan bukanlah jaminan kebahagian dan segala kebutuhan manusia. Menurut mereka, sumber kesejahteraan umat manusia adalah karya-karya manusia itu sendiri yang bisa terisolir dari Allah. Karya-karya manusia itu misalnya berbagai cabang seni, teknologi, sistim-sistim pemerintahan dan lain-lain. Di banyak negara di Timur, keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa masih kuat. Mereka menolak faham ateis yang dianggap sebagai faham orang-orang kafir yang tidak bermoral. Namun kenyataan yang dapat disaksikan dan benar-benar telah terbukti, banyak orang yang mengaku keberadaan Tuhan tetapi perbuatan mereka menunjukkan seakan-akan mereka tidak percaya adanya Tuhan. Mereka adalah kelompok yang secara teoritis bertuhan (teis teoritis), tetapi sebenarnya mereka adalah ateis secara praktis (ateis praktis). Orang-orang seperti ini terdapat dalam masyarakat yang masih menjunjung tinggi kebutuhan agama, tetapi mereka tidak ber-Tuhan dengan benar.
     
     Keyakinan akan Allah tidak cukup sebuah pengakuan bibir saja. Pengakuan ini haruslah diekspresikan secara konkret dalam kehidupan. Dalam hal ini Yakobus berkata bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati. 1 Perbuatan seseoranglah yang menghidupi imannya. Seharusnya orang yang percaya kepada Tuhan merealisasikan kepercayaannya semakin jelas dalam perilakunya secara konkret. Tetapi pada kenyataannya, seringkali kita tidak memperlakukan Dia sebagai Pribadi yang hidup. Dari mulut bisa saja seseorang mengaku percaya adanya Tuhan, tetapi dalam hidup dan kelakuan sehari- hari tidak menunjukkan bahwa ia mengakui adanya Tuhan. Inilah yang disebut ateis praktis. Mereka adalah kelompok orang yang tidak menganggap Allah sebagai Pribadi yang patut dihormati. Mereka bersikap tidak peduli, acuh tak acuh terhadap Tuhan. Karena Allah tidak kelihatan, tidak dapat dijamah dan tidak dilihat dengan mata jasmani, maka Ia diperlakukan atau dianggap tidak ada.

     Dalam hal apa dan bagaimana seseorang tidak memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup? Dalam hal ketika mereka hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Mereka tidak memedulikan perasaan Tuhan. Selain itu, mereka merasa khawatir, takut, cemas dalam menghadapi segala persoalan hidup. Sebab kekhawatiran, ketakutan, kecemasan adalah bahasa orang yang tidak percaya. Seolah-olah Tuhan tidak ada atau kalau percaya Allah itu ada mereka menilai bahwa Allah tidak bertanggung jawab atas hidup manusia sebagai ciptaan-Nya, terlebih sebagai anak-anak-Nya. Kalau seseorang menganggap Allah tidak mau tahu dengan kesulitannya, maka sebagai akibatnya seringkali ia lebih bersandar dan bergantung kepada obyek lain dan mulai membelakangi Tuhan. Seseorang dikatakan membelakangi Tuhan adalah ketika ia dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan, tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. Sebagai orang percaya kita harus percaya bahwa kuasa Tuhan tetap nyata dan tidak terbatas. Tidak ada perkara yang mustahil bagi-Nya. Ia adalah Allah yang tidak berubah, dahulu sekarang sampai selama-lamanya. Namun demikian perlu ditambahkan di sini bahwa melibatkan Tuhan bukan berarti mengurangi tanggung jawab dan kerja keras kita.

     Apa yang pernah Allah lakukan dalam sejarah -dan sebagian ditulis oleh Alkitab juga- Allah kerjakan pada zaman kita di abad komputer ini. Ini berarti manusia modern bisa mengalami Allah secara riil. Ia tidak berubah. 2 Dia adalah Penguasa yang tidak kelihatan yang menentukan segala sesuatu. Pemerintahan dan kuasa-Nya tidak terbatas, di bumi dan di surga. 3 Dia adalah Allah yang hidup, nyata, riil dan ada. Dia adalah sahabat yang dapat dan mau dimintai pertimbangan. Ia adalah Pribadi yang berperasaan. Itulah sebabnya kita harus menjaga dan menghormati perasaan-Nya. Dia juga adalah Bapa yang dapat dan mau mencukupi kebutuhan anak-anak-Nya, menghibur, menguatkan, menyembuhkan. Dia adalah pemelihara sempurna, Juru Selamat atas setiap pergumulan hidup ini. Oleh sebab itu harus ditegaskan bahwa hendaknya kita memperlakukan Dia sebagai Allah yang hidup. Orang yang memperlakukan Allah sebagai Allah yang hidup, pasti berusaha untuk bisa melayani Dia dengan segala kekuatan dan kekayaan serta potensi yang ada padanya, tanpa batas. Orang-orang seperti ini tidak mungkin tidak ekstrim terhadap Tuhan.
1) Yakobus 2:14-26; 2) Ibrani 13:8 3) Matius 28:19-20
Oleh: Astu Situmorang

 
Design by Jendri Aritonang+++Powered by: blogger